Daun yang kehilangan Embun

"Terdengar egois memang, saat sesuatu yang dimiliki tidak ingin dilepas. Tapi, jika ia pergi, hanya menyisakan sepotong kenangan. Kehilangan itu sangat pahit. Membayangkannya saja, membuat hati ngilu menjalar ke seluruh tubuh. Jika ada pilihan, aku memilih untuk tidak kehilangan." 



***

Masa-masa SMA-ku sangat menyenangkan. Mengikuti kegiatan ekstrarikuler, memiliki guru inspiratif, dan juga dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik. Jauh dari lubuk hatiku, aku merindukan sosok orangtua yang begitu perhatian denganku. Ayah yang akan menyambutku dengan senyum hangatnya saat berpulang dari kerja, ibu yang selalu mengundang selera makan dengan aroma masakannya di dapur. Namun, keduanya harus meninggalkan kampung halaman karena tuntutan nasib. Kehilangan pertama yang kurasakan saat masih remaja.

Awalnya, aku merasa sedih. Tapi, sering berjalannya waktu, rasa sedihku perlahan memudar. Aku tetap merindukan mereka, namun kehadiran sahabat-sahabat di sampingku membuatku bersemangat kembali. Saat SMA, aku memiliki satu sahabat yang paling dekat denganku. Kami berbagi cerita, tertawa bersama, merajut mimpi bersama-sama.

Kehilangan itu adalah hal yang mutlak dan sering terjadi di setiap kehidupan seseorang seperti daun yang kehilangan embun. Hanya persoalan waktu. Kehilangan akan menunjukkan dirinya. Kehilangan pertama, saat jauh dari kedua orangtuaku, kemudian seiring berjalannya waktu, akupun kehilangan sahabat-sahabatku. Terutama sahabat karibku.

Sepenggal kisah di atas, adalah dua kehilangan yang paling menguras emosiku. Terkadang, kehilangan tak hanya menyisakan perasaan sedih dan sepi. Terkadang, kehilangan menyisakan sebuah penyesalan. Menyesal ketika apa yang kita miliki baru terasa berharga ketika kita sudah kehilangan apa yang kita pernah miliki. Apakah daun pernah menyesal ketika embun jatuh ke tanah?

Bagiku, arti sebuah kehilangan seperti daun pada embun. Kita tak pernah tahu berapa banyak yang datang silih berganti dalam kehidupan, entah dia membuat kita kehilangan atau justru sebaliknya. Kehilangan berarti harus siap menerima kenyataan, meskipun pahit. Kehilangan, mengajarkan kita untuk merelakan sesuatu yang sejatinya bukan milik kita seutuhnya. Kehilangan, mengajarkan kita untuk mencintai dalam kadar yang sewajarnya saja.

***

Tulisan ini diikut sertakan dalam kuis buku "Memeluk kehilangan" karya Faizal Syahreza  di blog Catatan Pringadi "Apa arti kehilangan bagimu". Sejenak sebelum menulis ini, aku mengingat kembali kenangan-kenangan dalam memory rindu. Seperti apa buku ini, aku sangat penasaran. Semoga saja berjodoh dengan buku ini. Teman2 boleh ikutan juga :) 



note: pic taken by google


09 Sept_16





0 komentar:

Posting Komentar

Member of Stiletto Book Club

Komunitas Blogger Makassar

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri

Member of Warung Blogger

Warung Blogger

Member of Blogger Perempuan

Member Hijab Blogger

Free "Care" Day

Free "Care" Day