***
Awalnya, aku merasa sedih. Tapi, sering berjalannya waktu, rasa sedihku perlahan memudar. Aku tetap merindukan mereka, namun kehadiran sahabat-sahabat di sampingku membuatku bersemangat kembali. Saat SMA, aku memiliki satu sahabat yang paling dekat denganku. Kami berbagi cerita, tertawa bersama, merajut mimpi bersama-sama.
Kehilangan itu adalah hal yang mutlak dan sering terjadi di setiap kehidupan seseorang seperti daun yang kehilangan embun. Hanya persoalan waktu. Kehilangan akan menunjukkan dirinya. Kehilangan pertama, saat jauh dari kedua orangtuaku, kemudian seiring berjalannya waktu, akupun kehilangan sahabat-sahabatku. Terutama sahabat karibku.
Sepenggal kisah di atas, adalah dua kehilangan yang paling menguras emosiku. Terkadang, kehilangan tak hanya menyisakan perasaan sedih dan sepi. Terkadang, kehilangan menyisakan sebuah penyesalan. Menyesal ketika apa yang kita miliki baru terasa berharga ketika kita sudah kehilangan apa yang kita pernah miliki. Apakah daun pernah menyesal ketika embun jatuh ke tanah?
Bagiku, arti sebuah kehilangan seperti daun pada embun. Kita tak pernah tahu berapa banyak yang datang silih berganti dalam kehidupan, entah dia membuat kita kehilangan atau justru sebaliknya. Kehilangan berarti harus siap menerima kenyataan, meskipun pahit. Kehilangan, mengajarkan kita untuk merelakan sesuatu yang sejatinya bukan milik kita seutuhnya. Kehilangan, mengajarkan kita untuk mencintai dalam kadar yang sewajarnya saja.
***
Tulisan ini diikut sertakan dalam kuis buku "Memeluk kehilangan" karya Faizal Syahreza di blog Catatan Pringadi "Apa arti kehilangan bagimu". Sejenak sebelum menulis ini, aku mengingat kembali kenangan-kenangan dalam memory rindu. Seperti apa buku ini, aku sangat penasaran. Semoga saja berjodoh dengan buku ini. Teman2 boleh ikutan juga :)
note: pic taken by google
09 Sept_16
0 komentar:
Posting Komentar