Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-031-892-9
Tebal: 336
Cetak 1: 2015
MyRate: 4/5
Read by using app iJakarta
Blurb
"Membaca Critical Eleven? Tiga menit pertama yang menyenangkan, delapan menit terakhir yang mengesankan, dan hanya butuh kurang dari 11 detik untuk memutuskan bahwa ini adalah karya favorit saya dari Ika Natassa. Ika sebagai pilot, mengendalikan segalanya dengan sangat baik dan berakhir dengan super smooth landing impressive! I absolutely love this book! Romantic and uplifting. This book will succeccfully put a smile on your face and also make you think."
Ninit Yunita-Penulis
"Sebagai pencinta bandara tanpa tempat pulang yang tetap (dan benci terbang, seperti Anya), saya menemukan sekeping "rumah" di buku ini sejak halaman pertama. Ika bertutur dengan hangat dan memikat (dengan sentuhan yang "Ika banget") sehingga pembaca akan merasa dekat dengan sosok Anya dan Ale--sesuatu yang menurut saya sangat penting dalam sebuah cerita. Satu lagi: novel ini harus dibaca sambil minum kopi. You'll know why!"
Jenny Jusuf: Penulis dan Scriptwriter
Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah Critical Eleven, sebelas menit paling kritis dalam pesawat-tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umunya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.
In a way. I'ts kinda the same with meeting people. Tiga menit
pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu
ada delapan menit sebelum berpisah- delapan menit ketika senyum, tindak
tanduk, dan ekspresi wajah seseorang tersebut jelas bercerita apakah
itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga
menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk
bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan
delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada
satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan
yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting
dalam pertemuan pertama mereka.
***
"Menjadi penumpang pesawat itu sebenarnya sama dengan menjadi kucing schrodinger yang pasrah di dalam kotak berisi kapsul sianida. Dan sampai era ketika sudah ada fasilitas wifi di pesawat, orang-orang di luar sana juga tidak tahu kabar kita bagaimana saat mendarat nanti." Hal. 7
Anya yang bekerja sebagai konsultan harus bolak-balik dari Indonesia ke luar negeri untuk urusan kerja. Anya sangat membenci terbang. Bukan karena masalah terbangnya, tapi masalah menyerahkan nasib di tangan oranglain dalam pesawat. Tiga menit awal saat take off dan delapan menit akhir saat lending adalah saat-saat menegangkan bagi penumpang pesawat karena rentang kecelakaan.
Saat Anya melakukan perjalan Jakarta-Sydney, ia bertemu dengan Ale. Beruntung kali ini Anya tidak duduk bersebelahan dengan om-om atau kakek-kakek, kali ini ia bersebelahan dengan seorang pria yang cool dan terkesan cuek. Anya yang tidak menyadari tertidur di pundak pria itu menjadi salah tingkah. Menit akhir sebelum lending mereka gunakan untuk mengobrol.
Ale adalah pekerja perminyakan di luar negeri. Hidup berbulan-bulan di tengah laut tanpa perempuan memang membuat laki-laki menjadi garing. Dua bulan setelah pertemuanya dengan Anya, membuat ia berani mengajak Anya ke warung favoritnya. Tujuh hari setelah bertemu, mereka langsung pacaran. Beberapa bulan setelahnya Anya dan Ale menikah.
Kisah cinta yang terbilang unik. Anya nggak akan menyia-nyiakan waktu berharganya selama 31 hari dalam setahun saat kepulangan Ale. Ale tipe suami romantis, meskipun jarang pulang ke Indonesia, ada hal yang membuat Anya tidak mempermasalahkan itu. Namun, saat keduanya menanti kehadiran seorang anak yang bahkan sudah diberikan nama, Aidan, mereka harus menelan pahit. Sebuah kenyataan yang mengubah kehidupan Anya dan Ale. Membuat Anya tidak lagi seperti biasa saat Ale berada di rumah. Jarak yang diciptakan Anya membuat Ale harus mengikuti permainan Anya. Tapi, sanggupkah Ale?
***
"Istri itu seperti biji kopi sekelas Panama Geisha dan Ethiopian Yirgacheffe, Le. Kalau kita sebagai suami--yang membuat kopi--memperlakukannya tidak tepat, rasa terbaiknya tidak akan keluar."
Hello readers, have you read this book? this is my first time for me read Ika's book. It is great book and i was enjoy read it.
Critical Eleven merupakan karya ke-7 Ika Natasya. Membaca buku ini, aku jadi penasaran dengan karya-karya Ika yang lain. Ini kali pertama bagiku membaca karya Ika. Dan yap! I love this book.
Bermula dari kisah Anya yang melakukan penerbangan ke Sydney. Tidak sengaja bertemu dengan Ale yang juga memiliki urusan di luar negeri. Membaca buku ini membuatku senyam-senyum sendiri. Kisah Anya dan Ale sangat menarik perhatian. Nggak ada kisah yang bertele-tele saat mereka pacaran. Malah penulis menuangkan kisah mereka secara simple, justru terkesan unik. Momen saat pernikahan mereka pun sama. Bayangin aja hanya pacaran beberapa bulan, jarang ketemu, langsung menikah.
Nah kisah setelah mereka menikah ini yang membuatku nggak sabaran membacanya hingga akhir lembar. Aku menyukai gaya bahasa di novel ini. Easy to understand dan yang pastinya reades akan akrab dengan bahasa inggris dalam buku ini. Well, ada banyak istilah-istilah asing dalam buku ini, seperti kopi, nama beberapa ilmuan, job tentang konsultan dan perminyakan, all about them sangat informatif. Tuh kan aku jadi ikut-ikutan juga campur bahasa, hehehe
Sudut pandang yang digunakan oleh penulis bergantian. Yaitu sudut pandang Ale dan Anya. Menggunakan sudut pandang seperti ini memang unik, sebagai pembaca kita akan mengetahui isi pemikiran tokoh utama, Ale dan Anya.
Dalam buku ini, readers akan akrab dengan lika-liku kehidupan seseorang yang sudah berumah tangga. Apalagi setelah pernikahan mereka harus berpisah karena pekerjaan suami yang kebanyakan di luar daerah apalagi jika itu di luar negeri! sanggup nggak? hehe
Hal yang paling menguras emosi sebagai pembaca, yaitu konfliknya. Kehilangan sesuatu yang sangat dinanti-nantikan tentu sangat menyakitkan kan readers? begitupun yang dialami oleh Anya. Bayi pertama yang bahkan sebelum lahir telah meninggal dalam kandungan. Duka seorang ibu pasti berat kan readers? Tapi hal yang paling membuat Anya sakit hati dan membuatnya menjaga jarak dengan Ale, bukan hanya hal itu. Ada hal lain yang lebih menambah duka yang dialami Anya.
Alur dalam novel ini menggunakan alur maju-mundur. Redaers akan diajak menyelami kisah Anya dan Ale di masa lalu, tentang kehidupan Ale meninggalkan rumah dan tentang kehidupan Anya yang juga memiliki kisah tersendiri. Seperti membaca buku Tere Liye, meski alur maju-mundur pembaca nggak merasa dibolak-balik oleh sebuah kisah justru membuat readers membuat enjoy mengikuti kisah ini.
Oiya aku jamin saat readers baca buku ini, bakal jatuh cinta dengan sosok Ale. Wuihh tipe idaman banget. hahaha #baper. Tapi, sebaik-baiknya seorang pria, jika sudah menghadapi persoalan wanita pasti bakal menjadi rumit. Bisa nggak yah Ale mempertahankan hubungan mereka? Atau justru Anya akan benar-benar pergi dari kehidupan mereka?
"Orang yang membuat kita paling terluka biasanya adalah orang yang memegang kunci kesembuhan kita." Hal. 252
Complicated, but fun! Buku ini recomended banget bagi readers pecinta coffe, romance, curious about marriage life and the feeling about losing a baby, i recomend this book for you.
Happy reading :)
Dari kemaren ke toko buku sering banget liat buku ini. Gua pikir ceritanya seputar tragedi di pesawat atau apa lah, ehhh ternyata setelah baca sinopsis yg kamu tulis, kayaknya menarik juga ya. Nanti kalo sempet mau beli ahhh
BalasHapushehehe iyah kak menarik bgt ini buku
Hapus