[CERBUNG, PART 3] Sebuah Penghargaan


Gemuruh tepuk tangan terdengar di dalam gedung itu. Seorang perempuan mengenakan almamater kuning maju melangkah dengan percaya diri ke atas panggung. Dia sudah menebak apa yang akan terjadi di atas panggung itu. Dia merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat namanya itu disebut di depan banyak orang. 
“Beb, nama kamu udah di panggil tuh, buruan naik gih. Semangaatt!!” Sahabatnya yang dari tadi duduk di sampingnya pun turut bahagia.
“Iyah Li, aku.. ini pertama kalinya bagiku.” Dia meremas ujung almamaternya, merasa belum percaya dengan apa yang terjadi setelah semua perjuangannya beberapa hari yang lalu. Dan hal yang paling membuatnya bahagia adalah hari itu merupakan pertama kalinya memakai almamater kampusnya dengan sangat bangga. Dia mencari-cari seseorang yang duduk di kursi VIP. Sosok itu ada di sana, dia bernafas lega setelah melihat sosok yang dicari. Rupanya, sosok itu adalah Dekan kampus yang akan mewakili kampus dan menemaninya untuk menerima penghargaan pertama dalam hidupnya. 
Semua audience terdiam. Mencari sosok yang sudah disebutkan namanya oleh MC. Seakan tak percaya, kedua teman laki-laki perempuan itu baru menyadari siapa yang dipanggil ke panggung. Rupanya pemilik nama itu adalah temannya. Lily dan kedua teman laki-laki yang baru mengetahui kabar itu ikut bersorak riang. 
Dia sudah ada di atas panggung, bersama MC dan salah satu pejabat tertinggi di Twitter Indonesia. Sebuah plakat penghargaan diserahkan kepadanya. Dekannya pun ikut serta dalam pernghargaan itu. Beberapa sorot kamera terarah di depannya. Dia tak pernah berhenti melepaskan senyumnya. Sekali lagi, dia melirik almamater yang dikenakannya. Tak ada mahasiswa yang memakai alamater kuning selain dirinya. Yah, dia sedang menerima apresiasi itu di kampus lain yang sangat popular di tempatnya tinggal. Tak apa. Dia cukup merasa bangga untuk pertama kalinya. Tak ada yang tahu betapa berartinya hari itu baginya.
Dan sekali lagi, gemuruh tepuk tangan kembali terdengar di gedung itu.
***  

Sekelebat ingatan itu muncul kembali saat perjalanan menuju bandara Sultan Hasanuddin. Pagi ini hujan turun lebat. Ini pertama kalinya bagiku menuju bandara. Aku memang tinggal di kota dan bisa menjangkau bandara. Hanya saja, tak ada alasan bagiku mendatangi tempat ini. Namun, hari ini berbeda. Sabtu pagi disertai hujan, aku buru-buru ke bandara Hasanuddin. Jadwal keberangkatan pukul 06.30 ke Jakarta. Sementara itu, aku tiba di bandara untuk cek-in pukul 06.15. 
Aku tak sempat mengamati suasana di bandara Hasanuddin. Beberapa menit saat tiba, aku nge-blank. Karena merupakan pengalaman pertama, aku cukup bingung apa yang harus dilakukan. Kubawa koper dan tasku di depan salah satu stand maskapai pernerbangan. Aku bertanya ke salah satu petugas bandara. Setelah berbincang sebentar, aku diarahkan ke petugas yang menangani penerbangan yang akan berangkat ke Jakarta. Batik Air. Aku membuka tas lalu kuambil tiket yang sudah dikirimkan melalui email. Kutunjukkan tiket itu ke pramugari. Aku benar-benar gugup. Sendirian dan merasa asing. Bagaimanapun, ini juga tantangan bagiku. 
Setelah proses cek-in selesai, aku bertemu dengan pak Bambang. Dari dua puluh tiga peserta EduHol yang berangkat, mungkin aku yang paling beruntung, karena tidak melakukan perjalanan ke ibu kota sendirian. Hal inipun sangat kumanfaatkan dengan baik. Grogi yang tadinya membuatku sangat kaku, kini bisa lebih rileks pun ketakutanku pada orang asing berkurang. Dalam suasana seperti ini aku cukup waspada. 
Pak Bambang bekerja di Telkomsel dan diutus untuk menemani kami selama di Austalia. Kami menuju gate penerbangan selanjutnya untuk penerbangan Batik Air ke Jakarta. Sungguh, ini juga perjalanan pertama bagiku!
Aku melihat sekeliling bandara, tempatnya sangat nyaman dan luas. Di sini, aku berpapasan dengan beberapa turis. Sepertinya, mereka baru saja tiba di bandara. Sebelum naik bus, aku sempat mengambil gambar, mengabadikan momen berharga ini.
Akhirnya kami sampai di pesawat Batik Air. Aku menaiki pesawat itu dengan pernumpang lain. Berkat arahan dari salah satu pramugari, aku menemukan nomor kursiku dan yess, aku duduk di dekat jendela. Ada rasa cemas yang teramat. Belum pernah kurasakan berada di pesawat sebelumnya. Sekelebat pikiran negatif bermunculan di kepalaku. Bagaimana kalau tiba-tiba pesawatnya jatuh, atau tiba-tiba pesawatnya menabrak awan Columbus. Aku merasakan jantungku semakin berdetak saat pesawat lepas landas. Kurasakan tulang-tulangku ngilu, nafasku terasa sesak. Mungkin karena ini pengalaman pertama bagiku. Tiba-tiba aku teringat buku Critical Eleven karya Ika Natasya yang pernah kubaca beberapa bulan yang lalu. Mungkinkah ini yang dimaksud critical Eleven? Ah aku mulai menghayal. Tanpa terasa pesawat terbang secara normal dan critical elevennya sudah berlalu.
Karena cuaca yang buruk, pesawat bergetar beberapa kali. Seakan mengalihkan rasa takutku, aku mengamati para pramugari yang sibuk melayani penumpang juga ada beberapa penumpang ke toilet pesawat, beberapa yang lain lebih memilih tidur. Sementara aku? Aku tak berhenti berdzikir dalam hatiku. Jujur saja aku masih merasa takut. Walau sedikit bisa bernafas lega, tetap saja pikiran-pikiran negatif itu belum hilang.
Hari saat pertama kali aku berada di pesawat, aku merindukan kedua orangtuaku. Aku penasaran dengan ekspresi mereka saat ini. Ini juga pertama kali bagi mama dan papa memberikanku ijin bepergian jauh.
“Ma, Pa, perjalanan ini seperti mimpi. Aku berkali-kali mencubit pipiku, takut jika ini hanya mimpi. Tapi sakit. Dan kurasa ini memang bukan mimpi. Ma, Pa, apakah kalian bangga?” Aku berbicara dengan diriku sendiri. Dan pembicaraan batin itu terhenti saat sesuatu mencuri pandanganku melalui jendela pesawat.
“Subhanallah…” Jejeran awan putih di bawah pesawat sungguh menakjubkan. 
“Ini lautan awan!” Aku merogoh catatan kecilku di dalam tas. Momen ini sungguh berarti bagiku, dan aku nggak sabar menunggu kejutan-kejutan lainnya di Jakarta.
“Jakarta, I’m Coming” Tulisku dalam secarik kertas.

0 komentar:

Posting Komentar

Member of Stiletto Book Club

Komunitas Blogger Makassar

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri

Member of Warung Blogger

Warung Blogger

Member of Blogger Perempuan

Member Hijab Blogger

Free "Care" Day

Free "Care" Day