Judul: Memori Untuk Ibu
Penulis: Hadi Winata
Penerbit: Aksara Aurora
ISBN: 978-602-60199-9-8
Cetakan I: Oktober 2016
My Rate: 3.8/5
Tebal: 137 Halaman
"Lepaskanlah, Ikhlaskan kepergian ibumu. Tumpahkan tangismu seperti aku menumpahkan airku dengan deras. Alirkan ke tempat yang jauh, hilangkan rasa sesak itu. Seperti aku mengalirkan semua air-airku yang banyak itu ke ngarai-ngarai yang jauh lagi luas. Menangislah, tak apa. Jika dengan menangis itu dapat membuat jiwamu lebih damai." Hal. 52
Kemiskinan adalah suatu kenyataan yang kerap membuat hati miris sekaligus sedih. Hidup seorang anak remaja yang telah lama ditinggal oleh ayahnya, telak membuat ia hidup serba kekurangan. Namun, hadirnya sosok ibu yang dimiliki, membuatnya tetap tegar dan kukuh melanjutkan pendidikan.
Namanya Hamid. Sekolah di pesantren tentu membuatnya lebih dekat dengan islam. Hampir saja Hamid, menghentikan sekolahnya. Namun, sosok ibu yang dimiliki begitu semangat mendukung Hamid melanjutkan sekolah.
"Agar kita bisa keluar dari jerat kemiskinan, satu-satunya jalan keluar ialah pendidikan. Dan pendidikan harus ditempuh dengan segala daya dan upaya!" Hal. 14
Bagaimana pun, Allah memiliki kehendak lain. Kepulangan ibu tercinta, menyisakan kesedihan kepada Hamid. Sanggupkah Hamid yang masih remaja itu melewati ujian demi ujian yang dihadapinya?
Lalu, bagaimana kisah Hamid setelah berjuang melanjutkan pendidikan ke Pesantren hingga menjejakkan kaki di New York?
***
Hallo readers, senang sekali mendapat kesempatan membaca karya kak Hadi Winata ini. Juga pertama kali bagiku membaca buku terbitan Penerbit Aksara Aurora.
Dari judulnya, aku tertarik membaca buku ini. Tentang ibu, siapa yang nggak punya kenangan dengan ibu? semua pasti punya kan readers.
Yang menarik dari novel ini karena alur cerita yang dimiliki juga kisah yang menurutku sudah jarang diangkat oleh novel-novel teenlit lainnya. Aku kagum sekaligus merasakan kesedihan yang dialami oleh tokoh utama, Hamid. Terjerat dalam kemiskinan memang tidak mudah kan?
Sentuhan keluarga dalam novel ini kerasa banget. Bagaimana seorang ibu rela menghabiskan waktunya hanya untuk menyekolahkan anak-anaknya. Juga kehadiran mang Indra, saudara Ibunya Hamid, sangat mendukung alur dalam novel ini.
Oiya selain menceritakan kisah Hamid, yang menjadi ciri khas novel ini adalah kehidupan sebagai santri. Saat menjadi santri, Hamid dan kakaknya bertekad menghafal al-quran dengan niatnya yang waw sangat membuatku terharu.
Etss,, ada kejutan loh dalam novel ini. Bagaimana Hamid bisa menjejakkan kakinya di New York, dan sebuah fakta yang baru diketahui Hamid saat sampai di sana.
Untuk bahasa yang digunakan, aku suka banget. Sederhana tapi sarat akan makna, apalagi novel ini bergenre islami. So, sedikit banyaknya, sebagai readers seolah kita dibuat merenung.
Hanya saja, ada beberapa typo yang kutemukan di buku ini. But, nggak mengganggu sama sekali kok. Oiya saran untuk penulis, detail tentang kehidupan ibu kurang banyak disinggung, padahal aku sangat penasaran dengan bagian ini, sampai nangis-nangis malah pas baca di awal-awal. Mungkin, tambahan flashback akan memperkaya alur dalam buku ini. (efek suka baca novel yg bxk flashbacknya barangkali yah hihi)
After all, buku ini recomended banget untuk dibaca. Selain karena genrenya yang islami, pesan moral dari novel ini kerasa banget. Seakan mengenang kembali sosok seorang ibu. For my mom, i love you :)
penasaran
BalasHapus