"Katamu cinta tidak akan membuat orang sekarat.
Betul, aku tak sekarat.
Melainkan mati menanggung semuanya seorang diri.
Aku seperti gelas kopi yang dihidu aroma wanginya,
dicecap semua isinya.
Tak cuma ditinggalkan setelah kosong.
Tapi dibanting dan hancur berkeping-keping."
Judul: peREmpuan
Prnulis: Maman Suherman
Penerbit: KPG
Tebal: vi+189
ISBN: 978-602-6208-32-3
Cetakan 1: Mei, 2016
Dibaca melalui app SCOOP
#31HariBerbagiBacaan (Reading Challenge)
Dua puluh enam tahun setelah kematin Re:, Melur kembali ke tanah air dengan gelar PhD tersandang di belakang namanya.
Sejumlah
tanya ia bawa pulang: siapa sebenarnya ibu kandungnya? betulkah ibunya
diperjualbelikan, dipaksa menjadi pelacur lesbian? Apa penyebab kematian
ibunya yang teramat tragis itu?
Herman
menyambut kedatangan Melur dengan risau. Haruskah rahasia yang ia
pendam lebih dari seperempat abad itu diungkap? Tidakkah hal itu memicu
Melur untuk balas dendam?
Mengapa buku kehidupan perempuan harus sarat seloka luka?
***
Novel
"peREmpuan" merupakan kelanjutan dari novel pertama yang ditulis oleh
Maman Suherman, "RE:". Dalam novel ini, mengungkap kisah lain yang tidak
dibahas dalam novel pertama. Adalah Melur, seorang perempuan yang
menyandang gelar Phd di Tokyo, Jepang. Melur tidak pernah tahu siapa ibu
kandungnya yang sebenarnya. Hal itulah yang membuat gusar Maman,
menyembunyikan identitas ibu kandung Melur adalah amanah yang harus
dijaga baik-baik. Dia tak ingin mengingkari amanah dari seorang wanita
yang dicintainya di masa lalu, pun tidak ingin melihat sedih Melur. Akan
tetapi, jauh di luar dugaan Maman, Melur mengetahui siapa ibu
kandungnya.
\Banyak
orang yang berfikir bahwa buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya.
Memang itu benar, namun tak semua hal jelek dari orangtua bisa
memberikan kesimpulan bahwa anaknya pun akan seperti itu. Buktinya
Melur. Novel ini tidak hanya mengungkap sisi lain kehidupan seorang
pelacur, akan tetapi memberikan pesan kepada kita bahwa semua orang
berhak menjadi yang terbaik. Hal yang paling menarik bagiku dalam novel
ini adalah kisah Melur, bagaimana reaksinya saat mengetahui ibunya yang
sebenarnya, dan bagaimana ia mencari sendiri identitas ibunya. Lalu
bagaimana dengan Maman harus menjawab pertanyaan Melur? tidakkah itu
juga akan menyakiti perasaannya, mengingat kembali Re:, sosok perempuan
malang yang pernah singgah di hatinya?
"Apakah
di dunia ini semua pertanyaan wajib dijawab? Dan, apakah seseorang
punya kemampuan untuk berlari tanpa henti dari sesuatu yang tak
diinginkannya? hal. 55
Karena
menggunakan sudut pandang pertama, novel ini seakan membawa pembaca
terlibat ke dalamnya, ada beberapa adegan yang menurutku sangat
memengaruhi emosional pembaca. Bagaimana saat Mami Lani, seorang germo
pelacur lesbian yang tanpa ampun membunuh para wanita yang bekerja
dengannya jika ingin berhenti. Sisi ini juga secara tak langsung
memberikan pandangan lain terhadap kehidupan pelacur. Adegan lain yang
menguras emosiku sebagai pembaca, yaitu saat Re; menyerahkan Melur
kepada Bu Marlina saat masih bayi. Lalu bagaimana perasaan Re; saat
Melur memanggilnya,"tante?". Melur dewasa yang tiba-tiba menyebut nama
Re; sebagai ibu di hadapan Maman. Maman yang sudah lama menutupi rahasia
ini, bagaimana mungkin Melur bisa tahu?
"Doa
saya tak pantas untuknya, meski saya tidak yakin doa pelacur didengar
oleh Tuhan. Tapi setidaknya Tuhan tahu ini doa seorang ibu kepada
anaknya. Bukan semata doa seorang pelacur. Doa seorang ibu."
oiya
buku ini recomended dibaca khusus 18+ ke atas yah. Secara kesulurahan
novel ini sangat menarik untuk dibaca, menggunakan bahasa ringan dan
mudah dimengerti meskipun penulis beberapa kali menggunakan majas yang
terasa berlebihan, tetapi justru menambah daya tarik kisah dalam novel
ini. Sesekali penulis juga menyindir ketidakpedulian pihak berwenang
yang tidak mau ambil pusing terhadap kasus yang dianggapnya bukan
berasal dari orang berkelas. Miris memang, membaca novel ini aku
terbayang seperti apa sosok Melur dan bagaimana perasaan dia saat
mengetahui identitas ibunya yang sebenarnya? Apa iya Melur yang sekarang
sudah dewasa dan cantik cerdas pula akan membalas dendam?
"Kebenaran,
seperti halya keadilan,
adalah sebuah cermin di tangan Tuhan
yang jatuh ke bumi, dan pecah berkeping-keping.
Setiap orang berebut memungut serpihannya,
memperhatikannya dengan seksama,
lalu berfikir telah menemukan
kebenaran yang adil,
keadilan yang benar.
Aku dan Melur
sepertinya memegang serpihan yang berbeda." hal. 86
--------------
Typo detected
dibicarkan= dibicarakan (hal.133)
0 komentar:
Posting Komentar