Pada sorot matamu yang tajam, namun meneduhkan
aku bercerita banyak hal tentang, hariku yang buruk
Kau bukan lelaki yang dalam sekejab
menawarkan pundaknya untuk kusandari
Kau biarkan tubuhku bersandar pada udara
Hanya sorot matamu yang mengisyaratkan
supaya aku tegar
Kulanjutkan kilahku dalam bercerita
aku terdiam beberapa jenak dalam jeda
menunggu sepatah kata dari bibirmu
Aku bertanya tentang,
apa yang harus kulakukan
Katamu, dengan pandangan sorot mata itu
"Tertawalah, tertawai hidupmu."
Hanya itu,
kalimatmu menggantung di langit-langit kamar
kau pergi dalam tawa yang nyaris tak kudengar
------------
30 Sept_16
0 komentar:
Posting Komentar