Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis: Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Hello guys,  bagaimana kabarnya?  By the way,  kali ini aku sedang baca buku dari Tere Liye. Penulis yang menurutku sangat lihai membuat para pembacanya baper. Seperti biasa, Tere Liye menyajikan alur cerita yang membuat kita penasaran. Meski alurnya maju mundur, kita sangat mudah memahami alur cerita dalam novel tersebut.  Well,  aku mulai kisahnya yah. 

Dalam novel, "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" menceritakan kisah seorang gadis kecil berusia sekitar sebelas tahun, namanya Tania. 

Tania yang memiliki adik, bernama Dede yang saat itu berusia delapan tahun. Tania menjalani kehidupan yang jauh dari kata sederhana, membuat dia harus mengamen bersama adiknya. Semenjak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, Tania, Dede, dan ibunya untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya saja sangat susah. 

Aku sangat menyukai buku ini, dengan latar cerita yang memberikan fakta kehidupan sehari-hari. Menyinggung tentang kehidupan anak pengamen. Membaca buku ini, seakan membawa kita pada masa kanak-kanak yang dipenuhi kepolosan dan keceriaan serta kejujuran.
Ibu Tania karena sering sakit, pun tak bisa membantu banyak untuk menghidupi keluarganya. Hingga tiba saat dimana Tania mengamen di sebuah bus, dan bertemu dengan seseorang. Seseorang itulah yang memberikan pengaruh besar dalam kehidupan Tania. 

Dia membantu Tania dan keluarganya. Seperti seorang kakak yang siap melindungi kapan pun. Namun, ada yang terasa aneh dalam diri Tania. Entah perasaan seperti apa. Tania belum bisa mengerti maksud perasaannya yang masih kecil saat itu. 

"Sekarang, ketika aku tahu da boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tahu diri, biarlah...  Biarlah aku luruh ke bumi seperti daun....  Daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya. "

Ada satu lagi tokoh yang buat aku kagum, sosok dia yang telah membantu keluarga Tania tanpa pamrih. Sejak awal membaca, kita akan dibuat penasaran dengan sosok itu. Sosok yang memang layak menjadi seorang kakak, berwibawa seperti seorang ayah. Sosok yang diam-diam menyelip di hati Tania sejak awal bertemu. 

Baru saja Tania mengecap rasa bahagia pindah di rumah kontrakan dari rumah kardus. Melanjutkan sekolah dan memiliki prestasi yang membanggakan, harus merelakan kepergian ibunya.
Apa yang akan lakukan setelah kepergian ibunya? 
"Nak... Jaga adikmu... " pesan terakhir sebelum ibu Tania meninggal.
Dan seseorang itu selalu ada di sana. 

Seperti biasa, Tere Liye selalu menyajikan alur cerita yang sederhana tapi sebetulnya selalu tak terduga. Hal yang paling aku suka di novel ini adalah kisah seorang gadis kecil yang sudah berfikir seperti orang dewasa.
Selamat membaca... :)
(08 sept_16)

0 komentar:

Posting Komentar

Member of Stiletto Book Club

Komunitas Blogger Makassar

Komunitas Blogger Makassar, Anging Mammiri

Member of Warung Blogger

Warung Blogger

Member of Blogger Perempuan

Member Hijab Blogger

Free "Care" Day

Free "Care" Day