Video mulai berputar.
“Hai Satya! Hai Cakra!”
sang Bapak melambaikan tangan.
“ini Bapak.
Iya, benar kok. Ini
Bapak.
Bapak Cuma pindah ke
tempat lain. Gak sakit.
Alhamdulillah, berkat
doa Satya dan Cakra.
Mungkin Bapak tidak
dapat duduk dan bermain di samping kalian. Tapi, Bapak tetap ingin kalian
tumbuh dengan Bapak di samping kaian. Ingin tetap dapat bercerita dengan
kalian. Ingin tetap dapat mengajarkan kalian. Bapak sudah siapkan.
Ketika kalian punya
pertanyaan, kalian tidak perlu bingung ke mana harus mencari jawaban. I don’t
let death take these, away from us. I don’t give death, a change.
Bapak ada di sini. Di
samping kalian. Bapak sayang kalian.
Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 979-780-721-5
Tebal: x+278 halaman
MyRate: 4/5
Harga diri kita tidak
datang dari barang kita pakai. Tidak datang dari barang yang kita punya. Di keluarga
kita, nilai kita tidak datang dari barang. Bapak kasih tahu dari mana nilai
kita datang. Nilai kita datang dari sini. Bapak menunjuk kepada hati. “harga
diri kita datang dari akhlak kita.” Hal. 119
Gunawan adalah
suami Itje Garnida sekaligus seorang bapak dari kedua anaknya, Satya si
sulung dan Cakra si bungsu. Kedua kakak beradik ini memiliki keunikan
masing-masing. Tumbuh bersama seorang ibu yang jago masak dan sudah menyandang
status janda saat Satya masih berumur 9 tahun.
Tanpa kehadiran sosok
bapak dalam proses pertumbuhan seorang anak tentu menyisakan kekosongan. Namun,
Gunawan yang menyadari umurnya tidak panjang lagi akibat digerogoti penyakit
kanker, dia merekam semua nasehat-nashet sebagai bekal untuk anaknya kelak
melalui handycam.
Hari Sabtu biasa
disebut hari keluarga, karena hari dimana seorang Bapak akan mendapatkan libur
dari kerja, hari dimana semuanya berkumpul. Namun, hari Sabtu bagi Itje, Satya
dan Cakra adalah hari dimana mereka bisa menonton rekaman dari Bapak. Ada yang
khusus diberikan untuk Satya sesuai umurnya, juga ada yang khusus untuk Cakra
si bungsu. Nasehat Bapak sangat memberikan pengaruh bagi kedua anaknya.
Terlebih lagi saat Satya memiliki tiga orang anak dan hampir setiap hari saat
Satya pulang dari kerja, dia memarahi anak-anaknya, juga mengkritik masakan
sang isteri. Di saat Satya menghadapi masa-masa pelik akan keluarganya, saat
itulah Satya memutar kembali rekaman Bapak, untuk Satya yang sudah dewasa.
Berbeda dengan Cakra.
Di usianya yang sudah 3o tahun belum juga menikah hingga ia di cap sebagai
jomblo ngenes oleh rekan-rekan kerjanya. Ibunya pernah menegur Cakra yang juga
mencemaskan anaknya. Namun, Cakra ternyata memiliki pandangan lain. Melalui
nasehat bapak dalam rekaman, Cakra memiliki alasan tersendiri.
“Kewajiban suami adalah
siap lahir dan batin. Ketika Bapak menikah tanpa persiapan lahir dan matang,
itu artinya batin Bapak juga belum matang. Belum siap mentalnya. Karena Bapak
gak cukup dewasa untuk mikir apa arti dari ‘siap melindungi’. Hal 19
Buku ini sukses
mengaduk-aduk perasaanku saat membacanya. Kisah seorang Bapak yang meninggalkan
rekaman untuk kedua anaknya, betul-betul menyentuh hati readers. Aku sangat
mengagumi tokoh Gunawan sebagai bapak dalam novel ini. Bagaimana pandangannya
tentang kehidupan rumah tangga, dan juga tentang masa depan kedua anaknya.
Sebelum meninggal, Gunawan menyiapkan segala sesuatunya untuk isterinya, agar
kelak sang isteri tidak menyusahkan kedua anaknya. Gunawan pun merekam dirinya
dan setiap momen untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya, mungkin semua
pertanyaan nggak akan terjawab, tapi cukup menjadi bekal bagi mereka berdua.
“Mendiang Bapak telah
mengajarkan pada anak-anaknya dalam sebuah posting, bahwa meminta maaf ketika
salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar bahwa seseorang cukup
mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenangan dia dari melawan arogansi. Wujud
dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf. Tidak meminta maaf
membuat seseorang terlihat bodoh dan arrogan.” Hal 80
Aku seolah menjadi
bagian dari cerita ini. Memposisikan diri sebagai anak yang mendengar nasehat-nasehat
dari Bapak. Pesan yang sederhana, namun memiliki makna yang sangat kuat.
Penulis mengemas kisah
ini dengan alur yang mudah dipahami. Readers akan menemukan alur maju mundur
saat membaca buku ini, karena setiap memutar rekaman, alur cerita akan
flashback, tenang aja ceritanya nggak akan terkesan rumit, karena alur maju
masih mendominasi.
Kesan keluarga terasa
banget dalam novel ini, readers akan paham betapa kekuatan cinta dari keluarga
memberikan pengaruh besar daalm kehidupan anak. Ada banyak pesan moral yang
bisa dipetik melalui buku ini.
Oiya awalnya aku
mengira akan nangis-nangis saat baca buku ini. Awal membacanya memang iya. Sangat
terharu terlebih saat membaca pesan Gunawan kepada anak-anaknya yang sangat
mengharukan. Namun, readers akan dibuat tertawa saat membaca bagian Cakra si
bungsu. Seorang Deputy Director di POD Bank yang berasal dari Jerman. Terbilang
sudah mapan, wajah yang lumayan, meski nggak sebanding dengan Cakra, tapi
karena kesialannya yang jomblo terus, membuatku yang tadinya mau nangis,
tiba-tiba tertawa saat membaca bagian ini karena ada beberapa adegan yang
terkesan sangat kocak. So, jangan heran yah jika readers baca buku ini,
ekspresi mukanya bisa berubah-ubah. Dan itu yang membuatku nggak sabar membaca
buku ini sampai tuntas.
Aku hanya sedikit
penasaran dengan suasana di Denmark yang menurutku kurang dibahas secara detail
melalui novel ini. Padahal, jika ada detail tentang tempat ini, maka akan
semakin memperkaya kisah di dalamnya. Tapi, itu wajar karena novel ini memang
berkisah seputar keluarga. Secara keseluruhan, novel ini sangat menarik untuk
dibaca. Meskipun sudah ditayangkan filmnya, aku lebih menyukai membaca novel ini,
terasa lebih hidup dan waw!
By the way… apakah
Cakra berhasil menemukan pendamping hidup, setelah mendapat empat kali
penolakan? Siapa yah yang bakal menjadi isterinya kelak, apalagi saat ibunya
ternyata diam-diam menyembunyikan sesuatu dari kedua anaknya.
Kira-kira sanggup nggak
yah Satya menjadi sosok Bapak yang merasa ditakuti oleh ketiga anaknya sejak
delapan tahun terakhir pernikahannya dengan Rissa yang kini menetap di Denmark?
Oiya buku ini recomended
banget dibaca untuk kaum adam, baik itu calon bapak atau yang sudah menjadi
kepala keluarga. Bagi yang kurang mendapatkan pengalaman tentang kebersamaan
keluarga, buku ini asyik banget, membuatmu seolah-olah menjadi bagian dari
kedua anak yang sedang mendapat nasehat dari seorang bapak yang sederhana.
Best quotes:
"Tidak ada yang lebih menjijikkan bagi seorang perempuan ketika melihat laki-laki yang tidak tahan atas persaingan". hal 99
"Menjadi panutan adalah tugas semua orangtua untuk semua anak." hal. 106
"Berapa kali kamu jatuh itu nggak penting. Yang penting berapa kali kamu bangkit lagi." hal. 130
"Carilah pasangan yang dapat menjadi perhiasan dunia dan akhirat." hal. 180
"Memaksa untuk mendekat hanya akan memaksa wanita menjauh." hal. 192
"Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan." hal. 217
So, happy reading :)
dan sekerennya buku ini, aku ko belum baca ya :D kehilangan minat baca itu menyedihkan sekali
BalasHapushehe jgn smpe terputus mba, Yuk baca lagi :)
HapusBisa dibeli dimana yah bukunya? Trims
BalasHapusbsa di hub.penerbitnya mba, ad di twitterx jg bsa d dm, klu buku ini q dpt dr hdiah kmrn :)
HapusBaca dr review mbak,bagus.walo dah ada filmnya sptnya kudu baca bukunya dl baru nonton filmnya.
BalasHapusit dy bedanya baca buku ma nonton filmnya mba, klu aq lbh seru baca bukunya dr pda nton filmnya :)
HapusWaaawww ini buku wishlist saya bangeeettt. Ide ceritanya menarik ya. Hmmm dapet yang kaver filmnya lagi. Aaarrgghh jadi iri heheh.
BalasHapusAnw, betul banget katamu. Cocok buat kaum adam. Maka dari itu sy harus baca SBB ini secepatnya hehehe. Pinjeemm dongg wkwkwk
Hahaha iyah wajib bgt in di baca kaum adam hihi. tgl dmna kak Bin?
Hapus