Blurb
Aku dan Han tidak sedang mempermainkan kepercayaan atau tidak menghormati Sang Pencipta. Kami hanya mencari sebuah cara untuk menyadarkan orangtua---Lizda
Kami tidak membunuh. Tidak juga berzina. Bukan pula pencuri atau penjahat. Mengapa cinta kami dianggap salah?---Johan
Akhir kisah, garis akhir labirin, entah menuju ke mana...
kau dan aku jauh berbeda.
Bersiaplah memasuki labirin kehidupan. Temukan pasanganmu, dapatkan jalan keluar. Setelah satu labirin terselesaikan, mungkin saja kita akan menghadapi labirin berikutnya. Yakinlah, setiap labirin punya kemenangan manis di akhir. Bila tidak, cukup nikmati saja perjalananmu.
Judul: Labirin
Penulis: Catz Link Tristan
Penulis: Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-4049-7
MyRate: 3/5
Tebal: 242 halaman
"Perpisahan itu menyisakan luka yang teramat dalam..."Hal. 8
Berawal dari cinta dan perbedaan keyakinan. Liz terpaksa menelan pahit saat menghadapi sebuah kenyataan lain. Liz harus berpisah dengan suaminya, pria si Kapal Karam dan berurusan dengan pengadilan tentang hak asuh anaknya. Liz, sepandai-pandainya menyimpan kenangan, dia tak akan pernah bisa melupakan pria masa lalunya. Hans.
Hans menyesali dirinya yang pernah lari dari kenyataan, mendapati dirinya bahwa tak adalagi yang bisa dilakukan. Selama bertahun-tahun, Hans mencoba untuk melupakan wanita di masa lalunya. Namun, semakin kuat usaha untuk melupakan, semakin mengakar rasa itu menghantuinya. Lalu, bagaimana dengan Dina? Setelah berhasil mencintai gadis lain, justru Hans mengalami kenyataan lain. Kenyataan yang membuatnya justru lari ke tempat dimana semuanya berawal. Bertemu dengan Liz, yang bukan lagi seperti wanita yang dia kenal di masa lalunya.
*
"Bukankah drama yang kita bintangi telah selesai? sudah terpasang kata tamat pada akhir kisah. Walau bukan ditutup dengan ending yang kita inginkan." Hal. 23
Aku tertarik dengan konflik yang ada dalam novel ini. Sangat menguras emosi pembaca tentang kisah cinta yang tidak sampai karena perbedaan keyakinan dan juga restu kedua orangtua. Membacanya, seakan membawa readers menyelami kisah pertentangan dan perasaan kedua tokoh, Hans dan Liz yang tidak dapat menyatukan cintanya.
Unik juga mmbaca novel yang menggunakan sudut pandang pertama POV Liz dan Hans. Kita akan tahu bagaimana pikiran Hans kepada Liz dan juga sebaliknya. Setiap lembar membaca buku ini, aku selalu bertanya-tanya tentang ending novel ini. Judulnya bukan hanya sekedar labirin, karena seolah membawa readers masuk ke dalam labirin, menyusuri kisah Hans dan Liz, yang akupun susah menebak ke mana ujungnya.
Kehadiran Ka sebagai sahabat Liz juga semakin memperkaya penokohan dalam buku ini, hanya saja aku merasakan keganjalan saat bagian Ka memiliki rasa terhadap Hans, menurutku, konflik di antara mereka sedikit terabaikan pada satu bagian. Meskipun begitu, aku suka tokoh Ka yang periang.
Membaca novel ini, aku yakin readers akan terbawa emosi saat mengetahui orangtua Hanz dan Liz tidak merestui hubungan mereka walau dengan cara apapun. Penulis sukses membuat konflik antara anak-orangtua yang membuat greget pembaca. Kok bisa yah mereka nggak mau menolerir perbedaan masing-masing? Hmm.. fiksi tetap fiksi kan yah hehehe.
Dan ending yang sempat mengaduk-aduk perasaanku sebagai pembaca. Jika kamu ada di posisi Liz, apa yang akan kamu lakukan?
"Bila kebahagiaan itu terhempas bagai ombak, maka sia-sia mencoba menjalanya. Jika impian bukanlah jalan takdir, sekuat apa pun kita menggapai, kandas pula. Aku telah belajar dan menyadari , kehidupan tidak pernah mudah."hal. 234
Happy Reading :)
Masuk list buku yang akan dipinjam... Hehehe
BalasHapussip bleh dah pnjam hehe
Hapus