Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-0386-4
Cetakan 1: April 2014
Tebal: 132 halaman
MyRate: 3.5/5
BLURB
"Aku tak percaya
bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet."
"Nada komedi-satirnya cukup kuat dalam Corat-coret di Toilet. Cerdas juga usahanya mengangkat hal kecil yang remeh temeh menjadi problem kemanusiaan."
- Maman
S. Mahayana, Media Indonesia
"I decide to translate Corat-coret di Toilet not only because it is one of Eka's best-known short stories, but because it is very blackly funny. It catches perfectly the atmosphere of student life in Indonesia at the start of the new century, as the brief promise of Reformasi was being extinguished by gangsterism, cynicism, greed, corruption, stupidity, and mediocrity. It also mirrors beautifully the bizarre lingo shared by ex-radicals, sexual opportunists, young inheritors of the debased culter of the New-Order era, and anarchists avan la lettre. Finnaly, it shows Eka's gift for starling imagery, sharp and unex-pected changes of tone, and his 'extra-dry' sympathy for the fellow-members of his late-Suharto generation."
- Benedict
R. O'G. Anderson, Indonesia
***
Halo teman-teman,
kali ini aku post buku review karya Eka Kurniawan sekaligus ikut tantangan reading challenge dari iJakarta.
Eka Kurniawan adalah seorang penulis yang namanya dikenal banyak belakangan ini melalui buku-bukunya yang dianggap kontoversional namun, karyanya pulalah yang membawa nama Indonesia diperhitungkan oleh dunia internasional tentang kesusastraan. Buku Corat-coret di Toilet adalah kumpulan cerita berisi 12 kisah. Berikut ringkasan setiap cerita berdasarkan pengalaman pribadi saya saat membacanya;
Peter Pan
Teman
Kencan
Siapa
kirim aku bunga?
Kisah
dari seorang kawan
Dewi
amor
Eka Kurniawan adalah seorang penulis yang namanya dikenal banyak belakangan ini melalui buku-bukunya yang dianggap kontoversional namun, karyanya pulalah yang membawa nama Indonesia diperhitungkan oleh dunia internasional tentang kesusastraan. Buku Corat-coret di Toilet adalah kumpulan cerita berisi 12 kisah. Berikut ringkasan setiap cerita berdasarkan pengalaman pribadi saya saat membacanya;
Peter Pan
Laki-laki itu memutuskan untuk
menikahi si tuan Puteri pada tanggal 10 April. Namun, saat waktu itu tiba, tuan
Puteri harus menelan pahit akan sebuah kenyataan yang membuatnya kehilangan
laki-laki itu hingga ia menjadi perawan tua. Ia mendapat julukan Peter Pan bukan karena
tidak mau tumbuh menjadi dewasa, namun kegagalannya yang belum bisa menamatkan
kuliah sebab selalu melakukan tindakan-tindakan subversive. Melalui puisinya,
Peter Pan menjadi penyair yang membuat penguasa jengah. Sang diktator bahkan turun
tangan menghentikan penyair Peter Pan demi kepentingan politik. Tak ada yang
tahu apa yang terjadi setelahnya.
“Penjahat besar yang keji, bengis,
kotor dan bau, mereka susah di kalahkan dan susah mati.” --Peter Pan
Dongeng
sebelum Bercinta
Alamanda menikahi sepupunya sendiri
karena dijodohkan oleh orangtuanya terutama Ayahnya. Pernikahan yang tidak
pernah disetujui Alamanda. Namun, ia tetap menikahi pria itu dengan harap akan
mencintainya kelak. Malam pertama yang seharusnya menjadi momen bagi keduanya dibuat
lain oleh Amanda. Dia menceritakan kisah wonderful Alice kepada suaminya sebagai syarat sebelum
bercinta. Akan tetapi, dongeng itu tak kunjung selesai hingga keduanya sibuk
masing-masing. Tepat di hari empat puluh dua pernikahan mereka, Mei sahabat
Amanda bertanya tentang alasan mengapa dongeng itu belum selesai. Dan yah,
jawaban Amanda benar-benar membuatku deg!
Corat-coret di Toilet
“Revormasi gagal total, kawan! Mari
tuntaskan revolusi demokratik!”
Seorang mahasiswa masuk ke toilet
kemudian menulis, membalas tulisan yang ada di dinding. Tak berselang lama,
beberapa yang lain mengikuti. Entah siapa mereka, semuanya mengeluarkan unek-unek
tentang reformasi, revolusi, apa saja yang terlintas dalam pikiran sebagai
bentuk protes atau juga mungkin hanya sensasi. Hingga satu orang mahasiswa alim
menulis sesuatu di dinding tersebut. Bukannya berhenti mencoret di dinding,
tanggapan atas tulisan terakhir justru lebih banyak hingga membuat toilet yang
tadinya bersih terlihat kumuh.
Malam minggu tanpa pasangan memang
tidak mengasyikkan. Seperti itulah yang di hadapi seorang pemuda yang merasa
sendiri, apalagi saat ditinggal minggat kekasihnya. Ia mencari teman kencan
pada malam mingu. Dihubungi satu per satu nama yang muncul di pikirannya.
Nurul, si cantik jelita yang membuatnya tergoda. Sayang, Nurul sudah berkencan
dengan orang lain. Ayu? Ayu adalah kekasihnya yang minggat. Namun, pemuda itu
tidak bisa melupakan paras Ayu. Telepon pertama, mengecewakan. Telepon kedua
ada respon. Pemuda itu bergegas, menemui Ayu. Tapi sayang, pertemuan itu diluar
dugaannya. Sesuatu pada Ayu sudah berubah.
Rayuan
Dusta untuk Marietje
“Ah, peduli amat dengan jerawat dan
kecerdasan. Ia mau datang dan jadi kekasihku, bagiku sudah cukup.”
Seorang pemuda yang datang ke
Hindia Belanda untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Kepiawaiannya dalam
membual, membuat komandan menjadikan pemuda itu sebagai prajurit di pertahanan
depan. Semua bisa ia atasi kecuali satu hal, rindu pada Marietje. Kekasih yang
dianggapnya berjerawat dan bodoh, tinggal di Belanda. Namun, tak bisa ia
melupakan Marietje. Pemuda itu menulis surat, gombalan dan rayuannya yang
terdengar membual, berhasil membuat Mariedje datang ke Hindia. Pemuda itu
menulis surat bahwa ia berjanji akan menaklukkan negeri Hindia. Sanggupkah
pemuda itu menepati janjinya kala Mariedtje menagihnya?
Hikayat si orang gila
Si orang gila itu tak bernama.
Hiruk piruk orang berlalu lalang dilihatnya. Hanya ada satu dua orang yang
peduli padanya. Namun, sejak peristiwa itu, dua orang tadi lenyap. Si orang
gila kelaparan, mengais-ngais sampah untuk mencari makanan, nihil. Suara
dentuman dari prajurit yang menjarah membuat orang-orang berlarian. Seseorang
menyuruh orang gila itu pergi. Namun, ia tak kunjung beranjak. Sanggupkah ia bertahan di tengah hiruk piruk suara
gelegar tembakan dalam kelaparan?
Si
cantik yang tak boleh keluar malam
“Cinta membuat orang begitu tolol,
dungu dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani.”
Si Cantik hanya bisa melihat
teman-temannya menghadiri pesta tanpa bisa mengikuti keseruan remaja di usianya
yang ke 17. Romeo teman sekolahnya harus menunggu jawaban tatkala si Cantik
memiliki perasaan kepadanya. Namun, titah orangtua lebih dari apapun. Memingit
si Cantik agar tidak keluar pada saat malam. Sanggupkah si Cantik patuh pada
titah orangtua?
“Bunga itu lambang cinta, dan kau manusia yang kering akan cinta.
Sudah selayaknya kau peroleh banyak-banyak bunga.”
Henri nama pemuda itu. Bertugas di
Indonesia pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Ia mendapat bunga-bunga yang
dikiriminya hampir setiap hari oleh seseorang. Ia tidak tahu kalau yang mengirimi
bunga-bunga itu adalah si gadis penjual bunga asli Jawa. Akankah Henri mendapat
jawaban atas pertanyaannya kepada si gadis penjual bunga itu, tentang
perasaannya dan tentang orangtua si gadis penjual bunga?
Tertangkapnya
si bandit kecil pencuri roti
“Aku ingin punya ibu sendiri yang
akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang
untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya”
Seorang bandit yang sedikit
dikagumi. Bocah berusia sepuluh tahun, mencuri roti di toko-toko. Suatu hari,
ia tertangkap basah, beberapa yang sering bertandang ke tempatnya ingin juga
mengangkap bandit itu, namun sesuatu pada diri bandit itu menghentikan langkah
mereka.
Empat mahasiswa, dari latar
belakang yang berbeda. Ayah mereka masing-masing memiliki profesi yang berbeda,
ada tentara, guru, dan petani. Cerita seorang mahasiswa gondrong dengan muka
kotor tak bercukur membuka mulut. Bercerita tentang ayahnya yang sebentar lagi
akan keluar penjara. Kisah tentang Ayah dari mahasiswa gondrong sangat menyindir
kehidupan nyata tentang aksi heroik sang ayah dan alasan mengapa dia melakukan
itu.
Pemuda itu jatuh cinta pada gadis
yang bernama Laura. Baginya, gadis itu seperti teka-teki yang menawan! Menunggu
waktu yang tepat untuk mendekati Laura, menunggunya sepulang sekolah, dan
terlalu takut untuk menyatakan perasaannya. Hingga pemuda itu melakukan hal-hal
konyol.
“Oh cinta, betapa ia bisa membuat
orang melakukan apa saja, bahkan membuatnya gila sekalipun!"
Kandang Babi
Kocak, lucu, berantakan, miris, memprihatinkan.
Seperti inilah kesan Edi Idiot. Seorang mahasiswa yang menggantungkan hidupnya
pada kandang babi dan berutang kepada Bu kantin gendut. Namun, ia adalah realita
sekaligus sindirian. Pada sistem pendidikan dan hiruk-piruk dunia mahasiswa. Juga, ia adalah cerita tentang kesedihan akibat kesenjangan hidup.
***
Corat-Coret di Toilet merupakan karya Eka Kurniawan yang pertama kali kubaca. Sebenarnya, sudah lama aku tahu tentang penulis, mengingat namanya meroket karena karya-karyanya yang memang patut diperhitungkan. Apalagi, Eka Kurniawan, dalam bukunya Lelaki Harimau membawa penulis masuk ke ajang nominasi penghargaan bergengsi The Man Book International Prize 2016.
Melalui aplikasi iJakarta, sebuah aplikasi perpustakaan digital, aku bisa membaca buku ini tanpa harus bersusah payah mengumpulkan budget dan ke gramedia (maklumlah hihi) sekaligus mengikuti reading challenge yang diselenggarakan oleh iJakarta.
Membaca buku melalui versi digital tentu memiliki pengalaman tersendiri. Selain karena mudah mengakses dan membawanya ke mana-mana, cara ini sangat praktis. Ini juga kali pertama bagiku menggunakan aplikasi iJakarta. Ternyata, sangat mengasyikkan yang awalnya aku memang kurang suka baca buku versi digital. Oiya yang menarik dari app ini seperti perpustakaan real, memiliki jangka waktu peminjaman, jadi terasa ada deadline, aku sebagai reader harus menuntaskan buku ini sekali duduk hihi.
Berkenalan dengan penulis melalui buku ini. 12 kumcer yang memiliki kisah masing-masing kebanyakan menyiratkan pesan moral. Penulis wajar saja dikatakan penulis yang kontroversional, gaya bahasanya yang ringan namun terdengar menyindir dan bebas. Justru, aku menyukai gaya bahasa yang dipakai penulis. Jujur apa adanya.
Buku ini cocok dibaca semua kalangan, khususnya para kalangan aktivis. Ada beberapa cerita yang menyinggung tentang masa Orde pemerintahan. Ada juga yang menyinggung soal sistem pendidikan, kesenjangan soisal, dan tentunya kisah cinta yang menyisakan renungan dan tanya kepada pembaca. Misal dalam kisah Corat Coret di Toliet yang menjadi topik utama buku ini. Di dunia realita, aspirasi bisa dilakukan dimana pun. Namun, terkarang suara demokrasi terabaikan. Mencoret dinding di toilet dengan tulisan memang sering kita jumpai. Sebuah fenomena yang nggak lazim lagi. Apa makna di balik mencoret toilet di buku ini? Bermacam-macam. Tergantung sudut pandang pembaca. Ada kemirisan jika suara/pendapat itu sendiri hanya sebatas coretan. Pun, ada fakta tersembunyi, bahwa terkadang apa yang disuarakan itu hanya diabaikan.
So, teman-teman bisa membaca buku ini melalui aplikasi iJakarta. Mudah dan praktis.
Happy Reading :)
0 komentar:
Posting Komentar