"Aku susah tidur. Sudah jangan kau ganggu aku. Pergi sana!. "
Aku hanya bisa membatin. Sungguh tak ada gunanya bertengkar dengan pikiran. Mereka sama-sama egois. Sayangnya aku adalah sang moderator yang payah. Tak bisa mengambil alih suasana.
***
Malam-malamku tak lagi senyenyak kemarin-kemarin. Kini malam-malamku dipenuhi suara riuh menggantung di benang-benang ingatanku. suara riuh itu tak sungkan-sungkan meneriakkan kata-kata yang bahkan tak ingin kudengar. Ada yang ingin kudengar, seperti ide-ide yang bermunculan di benakku. Adapula suara yang menarik benang ingatan akan Ayah Ibuku, almarhum nenekku, dan adikku satu-satunya. Di antara suara riuh itu, ada hal yang paling menyebalkan. Ia menarik benang ingatan masa depanku. Celakanya benak itu menusuk-nusuk batin yakinku. Bagaimana aku kedepan? Ah.. Terus terang saja aku biasa terperangkap di sini.
***
Tak mau kalah dengan batinku, ia pun memiliki suara riuh. Bedanya, ia sedikit lembut. Licik memang, tapi ia adalah suara yang selalu menghakimiku. Apa yang telah kulakukan hari ini, apakah aku telah menyakiti seseorang hari ini, ataukah tentang kesalahan-kesalahan yang ia anggap fatal. Aku merasa terhakimi. Ia bahkan nekad mengataiku sebagai sang moderator tak becus!. Sadis memang, tapi begitulah kenyataannya.
***
(5 sept_16)
0 komentar:
Posting Komentar