"Aku memang diam, tapi aku mengamati. Aku mungkin tak ikut tertawa, menonton bareng, masak bareng, makan bareng, tapi aku sesungguhnya ada. Meski dalam diam, diam-diam aku memerhatikan."
----------
Memasuki tahun ketiga di bangku kuliah membuatku sedikit cemas akan masa depan yang masih samar. Bukan lagi tentang mimpi yang digantung pada langit, namun memetiknya menjadi sebuah kenyataan. Pada fase itu, aku terkadang dibubuhi semacam pikiran-pikiran yang membuatku tertekan. Syukurlah pada saat-saat seperti itu, Tuhan masih mengulurkan kasih sayangNya padaku.
Suka duka menyandar status ini memang memiliki kisah tersendiri. Mahasiswa. Terdengar elegan, menyelamatkan reputasi, dan tentunya alasan peralihan status jobless. Dan aku nggak mau banyak soal ini dulu, terlalu berteori dan terasa membosankan.
Aku ingin berbagi hasil pengamatanku yang diam-diam selama menghuni kosan ini. Sebut saja aku tinggal di Bongaya. Kau sudah pasti bisa menebak kampusku. Aku biasa menyebutnya kampus kuning, karena memang begitu kenyataannya. Aku paling nggak suka menyebutkan sesuatu secara langsung, misal warna. Jika itu merah, aku tak mau menyebutnya merah, paling akan kusebut dia warna yang melambangkan cinta, keberanian, sekaligus ego yang tinggi.
Maaf jika di sini aku berkata aku, aku berkisah aku, bukan kamu dan kamu. Bingung? baik aku juga sebenarnya. hehehe tapi di balik kalimatku itu ada pesan tersirat.
Back to the laptop aja deh.
Aku sangat menyukai kosanku ini. Terdiri dari lima kamar. Dua kamar di bawah dan tiga kamar di atas. Saat mengetik kisah ini sekarang, aku sendiri di bawah. Semua teman-teman kos ada di atas. Mereka ngumpul bareng, nonton bareng. Aku? Belum pernah nobar bareng selama THREE TIN sang penghuni baru mendiami kosan ini.
Kosanku ini terbilang sangat strategis di banding tempat-tempat kosan lain. Selain karena sangat dekat dengan kampusku, aku merasa nyaman di sini. Ada aturan memang, tapi Bu kos sang pemilik nggak pernah tuh kepo'in kami-kami. Malah jika ada masalah entah itu soal listrik, keran macet, Bu kost dengan sigap merespon keluh kami. Hanya satu yang aku kurang suka. Tapi aku nggak bisa bilang, entar disangka ngegosip. hehehe
Dulu, saat pertama menghuni kos ini, aku bersama tiga sahabatku kompak tinggal bareng. Ada Sahara teman sekamarku, ada Fay tetangga kamarku (dia yang paling cantik sekosan di sini hihi), juga ada Ismi. Kami semua teman seperjuangan, sama-sama mahasiswa di kampus kuning. Awalnya, hanya ada satu kamar di bawah, tapi sekarang ada dua, salah satunya aku yang huni.
Seiring berjalannya waktu, Sahara dan Ismi tidak lagi menghuni kos ini. Sahara sahabatku satu tahun setelahnya, pindah kosan juga pindah kampus. Awalnya aku sedih dan merasa kehilangan, secara dia adalah soulmateku, namun kebersamaan nggak selalu seperti akar dan batang, terkadag kita harus menjelma menjadi daun dan embun. Pernah kejadian beberapa kali pencurian di kosku, kami semua takut, dan itulah yang membuat Ismi pindah. Aku sendiri masih betah, mungkin juga Fay. Jadi tinggal kami berdua yang bertahan.
Tahun kedua datang penghuni baru. Namanya Nita. oiya saat itu rumah kos ini sudah direnovasi. Dua kamar di bawah, dan tiga kamar di atas. Ditambah lagi satu kamar mandi. Kata Bu kos supaya kami nggak antri di pagi hari.
Nita meskipun penghuni baru, dia luwes bergaul. Aku mengenalnya dengan baik. Meski hal terlucu yang nggak bisa aku lupa saat pertama dia tinggal di sini. Sebenarnya kos ini sedikit horor (jujur aku merinding sekarang) nah, si Nita berasumsi ini horor karena penghuni lama sering bawa' cowok kali, itu yang buat aku sempat naik pitam, gimana nggak naik pitam, itu semacam tuduhan tak berdalih yang diasumsikan begitu saja. Well, lupakan itu, itu terjadi tak lebih dari sebuah kekurangpengetahuan dan kesalahpahaman. Sekarang ini hubungan kami baik-baik saja. Malah aku merasa dia seperti adikku sendiri. Oh iya Nita punya teman, namanya Yuki.
Yuki itu berasal dari Palopo. Meski bukan penghuni tetap, dia selalu nginap di sini. Dalam hal masak-masak dia jagonya. Adanya dia di sini sangat menggembirakan, dia selalu masak, dan masakannya itu mengingatkan aku dengan masakan mama. Yuki sangat ramah, berisi (lawan kata dari kurus) ekspresi mukanya lucu, tapi dia cantik. Oiya kesukaannya Doraemon sama dengan Fay.
Memasuki tahun terakhir di kampus kuning, dua kamar di atas kosong. Eh aku lupa, sebelumnya dua kamar itu di huni oleh Kak Ros dan Shinta. Shinta awalnya cuek sama kami-kami, tapi semenjak kejadian aneh di kos yang buat kami ketakutan, Shinta sering nobar sama kami. Kalau Kak Ros jangan tanya lagi, dia itu supel dan ramah. Orangnya penurut, nggak banyak membantah, mungkin dia masuk dalam kategori cewek idaman pria dalam hal sifatnya yang penurut dan lembut. Sayang, Kak Ros dan Shinta sudah pindah kos. Aku merindukan mereka berdua.
Lanjut, tahun ini, kami kedatangan tiga penghuni baru. Kamar tengah atas dihuni dua orang, sementara yang paling pojok kiri cuma satu orang. Maklum yah mereka itu maba (mahasiswa baru) masih innocent banget. Tapi aku suka, mereka masih lugu-lugu. Kamar tengah di huni oleh Austin dan Olvin. (semoga aja ejaan penulisan nama mereka benar). Yang kamar pojok dihuni oleh Bustin. Nah lo! entah kebetulan atau bukan, akhiran nama mereka sama-sama TIN! Jadi, aku sama Fay, Nita dan Yuki kompak manggil mereka dengan sebutan THREE TIN. Kadang kami salah sebut nama, merasa lidah keseleo, atau kebalik-balik, jadi untuk singkatnya, kami panggil mereka THREE TIN.
Belakangan ini, kami sering makan bareng. Dinner malam ini pun kita makan bareng. Oiya aku belum bisa cerita banyak hal tentang THREE TIN. Sejauh ini aku cuma mengamati saja. Aku belum pernah ngobrol lebih jauh sama mereka selain saat makan bareng, saat berpapasan. Baiknya, mereka itu ramah-ramah semua. Saat ini, Fay, Nita dan Three Tin nonton bareng.
Oiya pernah Yuki bilang ke aku sesuatu. Katanya aku itu meskipun dia teriak kebakaran, mungkin aku nggak merespon. Aku sadar kenapa Yuki bilang gitu, mungkin kesel. Pernah dia ngajak ngobrol aku saat mengetik, aku cuma jawab, "oh..iya...em...yah...begitu..mantap" padahal pertanyaannya nggak ada sama sekali kaitannya dengan jawabanku. Kepada Yuki, dan semuanya aku minta maaf yah jika terkesan cuek dan unsocial. Aku mau kok kenal lebih dekat dengan kalian, sangat bahagia saat makan bareng, apalagi saat berpapasan saling melempar senyum manis.
Ada saatnya kok aku akan gabung dengan kalian. Sejauh ini, aku masih suka asyik masyuk di kamar sendiri, baca buku sendiri, ngetik sendiri, mikir sendiri, eh tapi lucu yah kalau makan tapi bareng. hahaha
Rasanya tanganku udah pegel. Aku dengar Fay udah balik di kamarnya, alhamdulillah dari tadi sebenarya aku merinding sendiri. Eh... dia balik lagi ke atas lagi. Gawat. Sepertinya udahan dulu yah.
Selamat istrahat, selamat bermimpi, selamat menanti embun dan pagi.
Sampai ketemu lagi di lembar kisahku yang lain :)
---------
Ainhy Edelweiss
"pada malam yang heing, kesusahan mata yang tak mau terpejam, terbayang wajah ayah dan ibu, juga kamu."
Kehidupan kost-kostan memang seru ya, apalagi kalo pas ketemu orang yg cocok sama kita. Saya juga waktu sekolah di China pernah mengalami serunya kehidupan di asrama. Setiap hari rasanya ada-ada saja kelakuan konyol yg kita lakukan bersama, benar-benar kenangan manis yg tak terlupakan =)
BalasHapushehe iyah bener banget :) wah China,, jd pnsaran ma pengalamannya :) btw mksh sdh mampi d blog aq :) slm kenal
Hapusaku baru setaun ngekos dan seruuuuuuu emang~
HapusKumpul rame2 gitu emang seru pisan. Kalau anak sekolah mah ngekos, kalau saya mah TKI, kumpulnya di BLK alias PT/Penampungan hahaha...
BalasHapusAku pernah ngekos, tp kosannya cuma dipake tidur... lebih sering ngumpul di kosan temen.
BalasHapusDan.... blm pernah nobar sm temen kosan, paling temen kuliah aja.
Mau nobar bareng 1mg1cerita?